Menjaga Dedikasi di Tengah Keterbatasan: Kisah Inspiratif Guru Nono Suharyono

rm
0

 


Wamenag Romo Syafi'i didampingi oleh Ibu Maya Suhasni Siregar mengunjungi Kediaman Guru Inspiratif Kabupaten Cirebon Pak Nono Suharyono

Cirebon (Kemenag) — Peringatan Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen istimewa bagi Nono Suharyono (38), seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di MI Darul Masholeh, Kabupaten Cirebon. Di tengah kesederhanaan kediamannya di Desa PamengkangKecamatan Mundu, Nono menerima kunjungan kehormatan dari Wakil Menteri Agama RI, Romo H.R. Muhammad Syafi’i, Senin (24/11/2025).

Kunjungan ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk apresiasi pemerintah terhadap para pendidik yang teguh mengabdi di garis depan pendidikan madrasah, meski dihadapkan pada berbagai tantangan.

Dedikasi Profesi dan Perjuangan Mencukupi Kebutuhan Hidup

Nono Suharyono merupakan lulusan S1 Pendidikan Jasmani dari Universitas Majalengka. Selama delapan tahun terakhir, ia mendedikasikan dirinya untuk dunia pendidikan, dengan empat tahun terakhir dihabiskan di MI Darul Masholeh. Meski memegang peran vital dalam membentuk kesehatan fisik dan karakter siswa, Nono menyadari bahwa honorarium yang diterimanya, berkisar antara Rp280.000 hingga Rp350.000 per bulan, belum mencukupi kebutuhan keluarga sepenuhnya.

Namun, keterbatasan tersebut tidak menyurutkan langkahnya. Sepulang mengajar, Nono menjalankan usaha layanan laundry di rumahnya dibantu sang istri. Ia memanfaatkan satu unit mesin cuci dua tabung yang telah lama digunakan dan satu setrika untuk menopang ekonomi keluarga. Selain itu, ia juga sesekali menerima jasa servis telepon seluler.

Keteguhan hati Nono sempat teruji oleh keadaan. Ia mengenang satu titik di mana tantangan ekonomi terasa begitu berat, bahkan sekadar untuk mobilitas menuju sekolah.

"Pernah mau berangkat, tidak ada bensin. Tapi Alhamdulillah, dengan tenaga yang kuat saya keliling mencari, rezeki dari Allah selalu ada," tuturnya mengenang masa-masa sulit tersebut.

Guru MI Darul Masholeh Kota Cirebon Nono Suharyono (kiri), Wamenag Romo Syafi'i, dan Ibu Wamenag Maya Suhasni Siregar

Filosofi Pendidikan Karakter

Bagi Nono, bertahan menjadi guru di tengah himpitan ekonomi adalah soal tanggung jawab moral. Ia memegang teguh filosofi bahwa pendidikan dasar di tingkat Madrasah Ibtidaiyah adalah fondasi utama pembentukan manusia.

"Saya menanamkan attitude (sikap) sebagai prioritas utama. Pendidikan dasar adalah fondasi. Jika dasarnya tidak kuat, jenjang berikutnya akan sulit. Hal ini ibarat belajar mengaji yang dimulai dari Iqra; jika dasarnya tidak tepat, proses selanjutnya akan terkendala," jelas Nono.

Melalui mata pelajaran PJOK, Nono tidak hanya melatih fisik, tetapi juga menanamkan kedisiplinan dan perilaku positif sebagai bekal siswa di masa depan.

Apresiasi dan Komitmen Kementerian Agama

Dedikasi Nono mendapat perhatian serius dari Wakil Menteri Agama, Romo H.R. Muhammad Syafi’i. Dalam kunjungannya, Wamenag menyampaikan empati mendalam karena memiliki latar belakang yang serupa sebagai pendidik.

"Saya juga mengalami hal yang sama. Saya menjadi guru selama 12 tahun, berangkat pagi dan pulang malam untuk menghidupi keluarga. Saya merasakan betul denyut nadi kehidupan guru yang Bapak alami," ungkap Wamenag.

Wamenag mengakui bahwa pemerintah terus berupaya memperbaiki regulasi agar kesejahteraan guru dapat setara dengan pengabdian mereka.
 

Foto bersama Wamenag Romo Syafi'i yang didampingi oleh Ibu Wamenag Maya Suhasni Siregar, Kepala Kanwil Provinsi Jawa Barat Dudu Rohman, Anggota DPRD Jawa Barat George Edwin Sugiharto, dan pejabat daerah setempat beserta Nono Suharyono dan keluarga

"Harus diakui, karena persoalan teknis dan regulasi, negara belum memberikan sesuatu yang setimpal dengan pengabdian tulus yang dilakukan oleh guru-guru seperti Pak Nono ini," ujar Wamenag.

Sebagai langkah konkret, Wamenag menegaskan komitmen Kementerian Agama untuk mempercepat program Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi guru madrasah dan memperjuangkan peningkatan status kelembagaan Direktorat Madrasah menjadi Direktorat Jenderal, guna meningkatkan alokasi anggaran dan kesejahteraan guru.

Pesan dari Seorang Guru Honorer

Di akhir pertemuan, Nono menyampaikan pesan kepada rekan-rekan sejawatnya di seluruh Indonesia. Ia menekankan pentingnya keikhlasan dalam menjalankan profesi mulia ini.

"Tetap semangat. Jangan melihat nilai uang semata. Percayalah, menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat dan pendidikan suatu saat akan membuahkan keberhasilan. Nilailah profesi ini dengan keikhlasan," pesan Nono.

Kisah Nono Suharyono menjadi pengingat di Hari Guru Nasional 2025 bahwa kekuatan pendidikan Indonesia tidak hanya terletak pada infrastruktur, melainkan pada ketulusan hati para pendidik yang terus berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Editor: Moh Khoeron. Fotografer: Akmalul Iman

Sumber: https://kemenag.go.id/feature/menjaga-dedikasi-di-tengah-keterbatasan-kisah-inspiratif-guru-nono-suharyono-HQiyM

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)