RepublikMenulis.com - Kata metaverse merupakan
gabungan dari dua kata yakni “meta” dan “universe”. Meta bermakna tanpa batas
dan Universe berarti alam. Metaverse menunjukan adanya alam tanpa batas yang
menggambarkan hubungan atau koneksi yang melampaui batasan-batasan normal
menggunakan teknologi internet.
Secara umum, pengertian metaverse adalah
alam semesta dalam konsep virtual yang penggunanya memiliki akses ke avatar
digital yang memungkinkan mereka hidup, beraktivitas, dan berinteraksi satu
sama lain selayaknya dalam kehidupan sehari-hari di dalam dunia digital
tersebut
Sebenarnya, orang pertama yang terkenal
menciptakan istilah metaverse adalah Neal Stephenson. Ia
menyebutkan istilah tersebut pada novelnya di tahun 1992 yang berjudul Snow
Crash. Istilah metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh
avatar orang sungguhan.
Dunia metaverse adalah dunia komunitas
virtual yang dibangun saling terhubung satu sama lain, di mana orang dapat
bertemu, bekerja, dan bermain, bahkan bertransaksi jual-beli. Pada akhirnya
metaverse mempertegas status bahwa dunia ini adalah nyata dan berakhir disini. Maya adalah maya
yang memiliki ketakterhiggaan dan beririsan tipis dengan dunia nyata.-
Ketika metaverse diwujudkan, manusia akan
sulit membedakan antara dunia nyata dengan dunia maya. Di dunia maya dia bisa
menjadi seorang superstar yang dikagumi, sementara di dunia nyata dia adalah
seorang pemurung (suka menutup diri) yang tinggal dalam sebuah kamar sempit.
Berkebalikan dengan konsep metaverse diatas, al Quran memberi peringatan keras bahwa dunia ini dan semua asesoriesnya adalah maya – metaverse,
ladang bermain dan sia-sia.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ra karamallahu wajha melukiskan
dunia ini adalah metaverse, sewaktu-waktu dapat membuat kita jatuh dan sakitnya
alang kepalang.
“Kehidupan
dunia hanyalah mimpi,
dan engkau akan terbangun disaat engkau mati.”.
Allah mengutus Rasul sejak zaman dulu adalah
untuk membangunkan kesadaran manusia akan kehidupan yang lebih kekal dan abadi.
Kehidupan di dunia yang sedang kita lalui ini adalah kehidupan sesaat dan
memang seperti mimpi.
Lalu mengapa kita tidak bisa mengakses
dimensi non-duniawi (akhirat)?
Padahal akhirat adalah dunia kebalikan dari
metaverse, nyata, kekal dan serius.
Itu tidak lain karena kita belum mengalami
kematian atau logout.
Jalaluddin Rumi mengungkap
fenomena dunia yang penuh kepiluan ini dalam ungkapan satire, “dunia yang
hina ini diberikan kepadamu untuk sementara. Tersedia sebuah tangga yang dengannya
engkau dapat bercita-cita.”
Nabi Muhammad saw tahu kebutuhan dan
kerinduan ummatnya akan kehidupan akhirat, maka Nabi memberikan rahasianya…
“Matikan dirimu Sebelum Mati” agar memungkinkan siapapun bisa bolak balik dari
dimensi dunia ke dimensi akhirat dan agar bisa berjumpa dengan Allah Tabaroka
wa Ta'aala..
Para Nabi, Awliah Allah dan orang-orang shaleh memiliki kemampuan khusus untuk mengakses
alam akhirat dengan mudah, menggambarkan kehidupan yang terjadi di surga dan neraka demikian nyata dan detil. Nabi juga bisa mendengar suara orang yang di siksa dalam kubur.
Nabi bisa melakukannya karena ruh beliau sudah bisa menyeberang di dimensi
lain..
Manusia harus melepaskan segala perangkat dunianya,
ingatan dan ikatan duniawia baru bisa dia memasuki alam akhirat.- Ini memang
satu problem. Dan problem lainnya adalah manusia mesti berupaya sungguh-sungguh
untuk menautkan dirinya pada orang yang telah kasyaf dan biasa “bolak-balik”
kealam sebelah, alam nyata dimana tidak ada tipu daya. Orang yang dimaksud
adalah para Guru Thareqat berpangkat Mursyid dan sah / resmi sebagai seorang pembimbing ruhani mengantar kita menempuh jalan kepada Allah (Thareqatullah) dan
ruhnya dapat beranjangsana menyeberang ke alam akhirat sehingga menjadi mahir..
Kebanyakan orang tidak mampu keluar dari
dimensi dunia kepada dimensi akhirat semasa dia hidup sampai powernya atau
nyawanya habis. _Maka disaat itulah dia kaget ternyata selama ini dia hidup
dalam kehidupan yang tidak nyata, kehidupan semu dan tidak pernah sekali pun memasuki
kehidupan akhirat yang abadi. Maka ruh manusia merana sepanjang masa,
bergantung di pohon, tersangkut di lembah-lembah, tidak mampu kembali
kehadirat-Nya._
Setelah Ruh-nya menyaksikan kehidupan
akhirat yang begitu dahsyat, maka Kehidupan Dunia bagi dia bukan sesuatu yang
harus dikejar mati-matian apalagi dipertahankan karena memang TIDAK NYATA dan
TIDAK BISA dibawa ke ALAM AKHIRAT.
Selama ruh belum bisa menyeberang ke alam akhirat dan berjumpa dengan Dzat
Yang Maha Mutlak maka tiada
ketenangan.- Perhatikan bagaimana kaum sufi senantiasa menjaga
zikir dan melaksanakan suluk, tujuannya tidak lain untuk melatih ruh nya agar
bisa bolak balik mengunjungi alam sesudah dunia.
Bersyukur-lah bagi kita yang telah
mendapatkan Pembimbing Ruhani (Mursyid), membimbing kita dengan tulus tanpa mengharapkan
imbalan agar setiap saat kita senantiasa Berserta dengan Allah SWT.
Wujudkanlah rasa syukur dengan
melaksanakan apa yang telah diamanahkan, sehingga kita senantiasa berkekalan
Bersama-NYA, di alam dunia juga di alam akhirat.
Berlombalah dalam kebajikan..
Dunia Kita Adalah Metaverse..
AKHIRAT itu
KEHIDUPAN NYATA – ABADI dan SEJATI
Sumber : Al Qur’an, sufimuda.net, nuonline, dll
Penulis adalah Adjinur Halidin, Pemerhati Sosial dan Pendidikan.