Publikasi Ilmiah, Buat Apa?

rm
0

 

RepublikMenulis.Com - Dalam rangka meningkatkan kemampuan periset di lingkungan Pusat Riset Elektronik (PRE) dalam menulis jurnal ilmiah, PRE menyelenggarakan Webinar Sistem PRE Vol. 1 Strategi Penulisan Jurnal Ilmiah "Kiat Jitu Paper Tembus, Hati Tulus, Tunkin Mulus" Jum’at (15/7)

Kepala Pusat Riset Elektronika BRIN Yusuf Nur Wijayanto dalam pembukaannya menyampaikan bahwa karya tulis ilmiah tidak menjadi fokus utama para perekayasa di masa lalu, namun dengan era periset saat ini, sudah menjadi kewajiban bagi periset untuk menghasilkan karya tulis ilmiah.

Yusuf berharap melalui webinar penulisan jurnal ilmiah ini dan sharing pengetahuan dari para narasumber dapat meningkatkan kemampuan menulis makalah ilmiah yang dipublikasikan  bagi  periset terutama yang berasal dari jabfung perekayasa.

Pada sesi pertama Marlin Ramadhan Baidillah menyampaikan materi tentang penulisan makalah ilmiah berbasis scaffolding (perancah).

Menurutnya, metode scaffolding atau parancah lebih melihat struktur terkecil dengan fungsinya dan keterkaitannya dengan struktur lain” terang Marlin

“Jadi antara judul, abstrak, pendahuluan, metode dan hasil, ada keterkaitan, tidak melebar kemana-mana” tambahnya

Lebih lanjut Marlin menjelaskan aturan kalimat dalam scaffolding sama seperti saat kita membuat kalimat, yang terdiri dari subjek (S), predikat (P) dan obyek (O) dan ditambah satu buah main topic. Main topic kalimat pertama berhubungan dengan main topic kalimat selanjutnya.

“tujuan membuat paper yang berkualitas adalah agar tembus reviewer, mendapat banyak sitasi, dan mudah dibaca. Mudah dibaca, artinya membantu orang lain memahami sesuatu” jelasnya

Menurutnya, reviewer diberi waktu sekitar 2 minggu untuk memeriksa sebuah paper, padahal mereka memiliki banyak pekerjaan. Oleh sebab itu, penting sekali membuat paper yang berkualitas yang menarik minat reviewer.

Judul merupakan bagian pertama yang dilihat pembaca. Bagaimana melihat struktur judul ?

“membuat judul susah-susah gampang, bahkan pada hari terakhir mau submit terkadang masih berubah” jelas Marlin berbagi pengalamannya

Dalam metode scaffolding unsur judul terdiri dari spesifik objek berupa condition/research problem, proposed solution (novelty) dan general object (application).

Pada kesempatan itu, Marlin membedah struktur paper dan menguraikannya menurut metode scaffolding. 

Pada sesi kedua Natalita Maulani Nursam yang beberapa kali terpilih sebagai editor/reviewer di beberapa jurnal berbagi pengalamannya.

Proses publikasi paper terdiri dari paper/artikel dari penulis, proses review, editing and composing dan publikasi. Dalam proses review sendiri terdapat proses panjang, mulai dari review internal, peer review, keputusan revisi, penerimaan pengajuan revisi dan banyak lagi.

Menurutnya, cara pandang seorang editor / reviewer agak berbeda. Bayangkan seorang editor/reviewer harus mereview banyak paper dalam waktu yang singkat. Seringkali reviewer tidak membaca lengkap sebuah paper yang masuk.

“sebagai seorang editor yang saya lihat diantaranya, ruang lingkup paper dengan ruang lingkup jurnal dan target pembaca, novelty (unsur kebaruan), scientific quality dan kualitas bahasa (grammar), format, dan similarity rate (cek plagiarisme)” jelas Natalita

Selain itu, judul paper, profil penulis, latar belakang , tujuan dan state of the art (hal yang berbeda/spesial dibandingkan paper sejenis lainnya) akan menjadi perhatian reviewer.

Menurut Natalita, paper yang baik seharusnya jelas ringkas, menggunakan kalimat sederhana, tuliskan pendahuluan yang kuat, menggunakan metodologi yang jelas, menampilkan foto yang jelas dan konsisten (mengikuti persyaratan jurnal).

“orang kita senang sekali membuat tulisan yang panjang dan memutar, sehingga seringkali ditolak reviewer” tambahnya

Beberapa catatan yang harus dilakukan dan tidak dilakukan oleh penulis diantaranya, jangan merubah atau menambah penulis setelah paper diterima, baca komentar reviewer dengan seksama dan ikuti petunjuknya serta berikan perhatian pada abstrak, kesimpulan dan referensi, serta baca berulang-ulang papermu.

Ditambahkan “paper yang telah dibuat perlu dibaca berulang-ulang sebelum di submit, tetapi jangan dibaca pada hari yang sama karena tidak akan terlihat kesalahannya. Lakukanlah di hari yang lain”

Juliar Firdaus periset PRE BRIN pada sesi ketiga mengawali pemaparannya dengan menyampaikan tujuan menulis makalah ilmiah.

Menurutnya, menulis makalah ilmiah memiliki beberapa tujuan diantaranya membangun reputasi sebagai expert di suatu bidang, pengajuan dan evaluasi pendanaan, dan keperluan karir/promosi.

Lebih lanjut Juliar menjelaskan bahwa paper yang dipublikasikan dapat menjadi media/sarana tes, koreksi, quality control dan menyempurnakan riset, sharing pengetahuan, research visibility (diseminasi) dan partisipasi dalam memajukan pengetahuan dan aplikasinya.

“jurnal sebagai media komunikasi ilmiah, sedikit yang kita bagikan bisa menjadi kontribusi bagi peneliti-peneliti atau riset-riset yang lain” tambah Juliar

Kriteria memilih jurnal diantaranya ketelitian ilmiah jurnal, kualitas editorial, proses peer review, editorial board, reputasi jurnal/model bisnis, status indeksasi dan skor Impact Factor (IF).

Apa itu Impact Factor (IF)? IF ditemukan oleh Eugene Garfield untuk Science Citation Index tahun 1965. Usaha sistematik pertama untuk melacak sitasi pada literatur saintifik.

IF penting karena memberikan ukuran kualitas dari makalah ilmiah. Idealnya makalah dengan IF lebih tinggi lebih banyak dibaca, memiliki lebih banyak impact, dan lebih berkualitas. IF juga penting saat ini karena banyak institusi meminta publikasi di jurnal dengan IF tinggi untuk kelulusan atau karir.

Dalam perjalanannya, IF mengundang kontroversi. Kualitas suatu riset dari suatu makalah ilmiah (impact) tidak bisa dinilai hanya dari IF, sebagai contoh, jurnal-jurnal yang sering melahirkan penerima Nobel Fisika : Physical Review Letters (28.5%*, IF: 9.125), The Astrophysical Journal (11.2%, IF: 5.521), Science (5.6%, IF: 63.714), Nature (4.7%, IF: 69.504). Penilaian impact dari suatu hasil riset itu kompleks dan sulit dikuantifikasi, serta memiliki efek global terhadap masyarakat, budaya, lingkungan, dan ekonomi. Ada banyak paper dengan impact tinggi di jurnal IF rendah dan sebaliknya. IF dan sitasi adalah metrik yang tidak sempurna, reputasi jurnal (peerreview+kredibilitas) hanya kendaraan untuk membantu publisitas hasil riset.

“untuk menghasilkan makalah dengan impact tinggi, tanyakan ke diri sendiri, apakah ada kebaruan/scientific contribution? apakah hasil yang diperoleh mempengaruhi yang lain? apakah dihasilkan solusi terhadap permasalahan yang ada?” terangnya 

Selain itu, yang dapat meningkatkan impact diantaranya riset yang signifikan dan sasaran audiens. (ARF_hms S2/ed_LH). Sumber: Humas BRIN. https://www.bppt.go.id/berita-bppt/publikasi-ilmiah-buat-apa

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)