Pesantren di Manado: Antara Moderasi Beragama dan Hidup Mandiri

rm
0


Republikmenulis.com
-- Pesantren kerap dikenal sebagai pusat pendidikan agama, tempat para santri memperdalam ilmu, memperbaiki akhlak, dan menguatkan iman. Namun, perannya sejatinya jauh lebih luas. Di tengah tantangan zaman dan derasnya arus globalisasi, pesantren juga hadir sebagai wadah untuk melatih kemandirian, khususnya dalam bidang ekonomi. Pesantren tidak hanya menjadi sumber ilmu agama, melainkan juga cahaya yang menyalakan semangat kemandirian, membentuk generasi yang tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga siap menghadapi kehidupan dengan bekal keterampilan dan jiwa wirausaha.

Di Pesantren Darul Istiqomah, Sulawesi Utara, para santri tidak hanya disibukkan dengan pelajaran agama, tetapi juga mendapat beragam pelatihan keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan mereka. Berbagai kegiatan ini dirancang agar santri terbiasa bekerja, berlatih, dan mandiri sejak dini. Meski hasilnya belum langsung memberikan keuntungan finansial yang besar, justru dari proses inilah mereka memperoleh pengalaman berharga yang akan menjadi bekal saat kembali ke masyarakat.

Salah satu bidang yang dikembangkan adalah agrobisnis. Para santri dikenalkan pada dunia pertanian, mulai dari bercocok tanam, merawat tanaman, hingga mengelola hasil panen. Melalui kegiatan ini, mereka belajar bahwa tanah dapat menjadi sumber rezeki jika diolah dengan baik, sekaligus melatih kesabaran dan ketekunan. Pengelolaan hasil panen juga memberikan wawasan tentang bagaimana usaha pertanian dapat memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya bagi pesantren, tetapi juga bagi masyarakat sekitar.

Selain pertanian, santri juga dilatih mengelola usaha roti. Mereka mempelajari proses pembuatan roti secara lengkap, mulai dari membuat adonan, memanggang, hingga mengemas produk agar siap dijual. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan memasak, tetapi juga menanamkan nilai kedisiplinan, kebersihan, dan kerja sama. Dari roti sederhana, mereka memahami bagaimana sebuah produk dapat diubah menjadi usaha yang bermanfaat apabila dikelola dengan baik.

Bidang lain yang tidak kalah penting adalah tata busana. Santri diajarkan keterampilan menjahit, membuat pola, hingga merancang pakaian. Kegiatan ini tidak hanya melatih ketrampilan tangan, tetapi juga mengasah kreativitas dan membangun rasa percaya diri. Dari sehelai kain sederhana, terciptalah pakaian yang dapat digunakan atau bahkan dipasarkan. Inilah cara pesantren membekali santri dengan kemampuan yang dapat menjadi peluang usaha di masa depan.

Meski semua kegiatan tersebut belum menghasilkan keuntungan besar, Pesantren Darul Istiqomah meyakini bahwa setiap latihan tidak akan sia-sia. Dari setiap proses, santri belajar tentang arti kerja keras, kesabaran, disiplin, dan tanggung jawab. Lebih dari sekadar keterampilan, mereka juga diajarkan untuk menanamkan nilai kejujuran dan amanah, sehingga kelak usaha yang mereka jalankan selaras dengan prinsip Islam. Hal ini menjadikan santri Pesantren Darul Istiqomah tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga siap mandiri dan bermanfaat di tengah masyarakat.

Semangat “man jadda wa jadda”—siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil—selalu ditanamkan di pesantren ini. Kalimat ini bukan sekadar ucapan, melainkan menjadi motivasi hidup yang membiasakan santri untuk berusaha keras, disiplin, dan pantang menyerah. Mereka yakin bahwa kesungguhan akan menuai hasil, meski tidak datang secara instan.

Sebagai pesantren yang berada di Manado, kota dengan masyarakat yang beragam, Pesantren Darul Istiqomah menghadapi tantangan tersendiri. Namun, keragaman ini justru menjadi kesempatan bagi para santri untuk belajar beradaptasi, menghargai perbedaan, dan tetap teguh memegang prinsip Islam. Dari sini, lahir generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki wawasan luas dan sikap toleran. Hal ini sejalan dengan pandangan Yusuf Al-Qardhawi yang menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai penengah dalam memahami perbedaan, guna mencegah radikalisme.

Selain memperdalam ilmu agama, para santri juga dibiasakan dengan akhlak mulia. Mereka diajarkan pentingnya kejujuran, amanah, kesabaran, disiplin, kerendahan hati, dan tanggung jawab. Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi kuat dalam membentuk kepribadian santri, sehingga mereka dapat menjadi teladan di masyarakat.

Dengan perpaduan ilmu agama, akhlak mulia, keterampilan praktis, dan semangat pantang menyerah, Pesantren Darul Istiqomah Manado berhasil menyiapkan generasi yang religius, mandiri, dan siap memberikan manfaat nyata di masa depan. Dari sinilah terpancar “Cahaya Kemandirian Ekonomi Islam”, sebuah bukti bahwa pesantren dapat menjadi awal perjalanan menuju kehidupan yang lebih mandiri dan bermanfaat.

Kontributor: Mutmainah Aryad, Mahasiswi STIS Al Wafa
Editor: Finantyo Eddy

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)