Mengenal Farrel AW: Cicit Buya Hamka, Santri SMA, Penulis Buku

rm
0

 

Depok, mediadakwah.id - Namanya Farrel Ahmad Wijaksana. Tahun 2025 ini umurnya baru 18 tahun. Ia salah satu cicit ulama besar, Buya Hamka. Ia santri tingkat SMA di Pesantren At-Taqwa Depok. Ia termasuk salah satu dari 40 pelajar SMA yang akan mempresentasikan makalahnya di Malaysia.

Makalah Farrel berjudul: Western Tragedy in Popular Postmodern Literature: A Critique Based On Al-Attas Islamic Worldview”. Disamping presentasi makalah, di Malaysia juga, cicit Buya Hamka ini juga akan meluncurkan bukunya berjudul Hamka dan Westernisasi Indonesia.”

Sudah beberapa kali Farrel mempresentasikan makalah-makalahnya. Pada 19 Mei 2025, Farrel mempresentasikan makalahnya berjudul Achieving Perfection Through Islamic Education” di Masjid Salman ITB, Bandung.  

Dalam makalahnya setebal 15 halaman, Farrel menulis: “One of the most challenging problems we have yet to face in this current era is no other than the problem of moral and social standards. Through globalization and the rise of social media, we are now -especially the younger generation- are consciously and unconsciously following unrealistic terms in order to reach ‘perfection’, or at the very least the standard of happiness sought after and portrayed in media.”

Tahun 2024Farrel juga mempresentasikan makalahnya di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M Natsir) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Makalahnya ia beri judul: Hamka dan Barat: Respon Hamka terhadap Pembaratan Indonesia.”  

Farrel adalah salah satu santri tingkat SMA di Pesantren At-Taqwa Depok. Seperti teman-teman santrinya, di kelas 1 SMA, ia harus menulis makalah dan mempresentasikannya sebanyak empat kali: di depan guru pembimbing, di depan santri-santri, di depan orang tua, dan di pesantren atau sekolah lainnya.

Para santri itu dilatih kemampuan berpikir secara ilmiah sejak dini. Mereka harus banyak membaca, berdiskusi, menulis, dan mempresentasikan tulisannya. Model pendidikan seperti ini dimaksudkan agar para santri memiliki budaya literasi yang tinggi. Farrel termasuk santri yang memiliki tradisi ilmu tinggi. Ia senang membaca dan menulis. Sejumlah artikelnya bisa dibaca di situs Pesantren At-Taqwa Depok.

Demikianlah sekilas sosok Farrel AW. Dalam perspektif pendidikan Islam, usia 15 tahun sudah harus dipandang dan diperlakukan sebagai orang dewasa. Ia sudah akil-baligh. Ia sudah mukallaf. Karena itu, ia harus mandiri. Ia sudah bertanggungjawab atas amalnya sendiri.

Sebagaimana pendidikan yang pernah dijalani oleh Buya Hamka, di usianya yang masih belasan tahun, Farrel sudah dibiasakan berinteraksi dengan pemikiran para ulama dan pemikir-pemikir dunia.  Kita doakan para santri seperti Farrel ini akan terus istiqamah dalam perjuangan mencari ilmu dan mampu menerapkan serta mengembangkan ilmunya dengan benar dan bijak. Amin. (Depok, 12 November 2025. Adian Husaini: pendiri Pesantren At-Taqwa Depok).

Sumber: https://mediadakwah.id/mengenal-farrel-aw-cicit-buya-hamka-santri-sma-penulis-buku/

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)